DASAR
& AXIOMA TASHAWWUF
At-asawwuf
, sering sekali kita mendengar kata tersebut, atau mungkin kita adalah salah
satu diantara orang-orang yang memang sudah menyelam kedalam lautan ilmu
tersebut. Namun yang jadi pertanyaan, apakah kita tahu apa itu Tasawwuf, kemana
arah tujuannya, dan bagaimana kita berada di dalamnya? tak mungkin kita bisa
berjalan kalau kita tak tahu jalan, dan sebuah bangunan akan terbangun dengan
wujudnya rangkaian pondasi. Begitu juga ilmu .
Nah,mari
sekarang bersama-sama kita ketahui dasar-dasar ilmu tasawwuf, agar miniatur dan
seketsa yang telah terancang dapat wujud dengan sempurna, tidak setengah
apalagi nol.
Adapun dasar-dasar tsb adalah :
01.
Had/Definisi Tasawwuf
Adalah ilmu yang
berguna untuk mendeteksi pola kerja jiwa dan sifat-sifat yang mensifati jiwa
02.
Materi Tasawwuf
Adalah pembahasan
tentang kinerja dan sifat-sifat esisentif jiwa
03.
Natijah/faidah Tasawwuf
Adalah mendapat dan
memperoleh hati yang bersih / steril / dan selamat dari mengagungkan selain
Allah, dan
wujudnya hati yang terhias oleh Musyahadah
al Malik al Ghoffar.
04. Hukum Mempelajari Tasawwuf
Adalah Fardlu ‘Ain
bagi setiap individu yang mukallaf, hal ini di karenakan , sebagaimana wajibnya
mempelajari ilmu yang menata dzohir,
begitu pula ilmu bathin.
05.
Keistimewaan Tasawwuf
Adalah keunggulannya
diatas ilmu yang lain, di lihat dari sisi faedah dan kegunaan ilmu tersebut.
06.
Keberadaan Tasawwuf
Adalah asal dari
segala ilmu, dan yang lainnya merupakan cabang . Orentasi ilmu Tasawwuf terhadap batin adalah sama dengan orientasi
ilmu Fiqih terhadap dzohir.
07. Pencetus Tasawwuf
Adalah para
Imam-imam yang makrifat bil-Allah SWT.Yang tidak perlu di pertanya dan
ragukan kabilitasnya sebagai seorang imam.
08. Referensi Tasawwuf
Adalah diambil dari tiga sumber :Kalamullah
SWT., Kalamu al-Rosulillah SAW.,dan Qoul-qoul Ulama’ Zawil yaqin wa al ‘Irfan.
09. Problematika
Tasawwuf
Adalah qodiyah-qodiyah ilmu tersebut
yang mengupas esisensial zatiy, seperti Fana’, Baqo’ dan yang lain.
10. Nama Tasawwuf
Ilmu
Tasawwuf, adalah berasal dari kata ashofa Yang berarti bening dan suci.
Itu tadi hanyalah berupa dasar, asas
dan axio-ma , namun tanpanya tak akan wujud satu gedung atau bangunan yang kita
idamkan.
Walau begitu, ada sesuatu yang lebih
penting yaitu , dasarnya dasar atau bisa
kita bahasakan dengan ; Mahal
al-Bina’ [ Tempat berdirinya axioma
bangunan].
Karena, tanpa mengetahui tempat yang
akan kita tanami sebuah bangunan , sekuat apapun pondasinya, pasti akan
sia-sia, bila ternyata tanah yang anda bangun adalah tanah gambut atau bumi
hidup.
Begitu juga kita dan perjalanan yang
sedang kita lakukan, setelah kita
mengetahui apa, siapa, dan bagaimana
diri kita, barulah pantas dan bisa kita mencoba membuat sebuah pondasi kokoh
tasawwuf kita, agar gempa, banjir,dan topan yang sewaktu-waktu siap menghantam,
tidak bisa merusak dan merobohkannya.
Setelah selesai dengan asas atau
axioma, selanjutnya adalah Bangunan nya. Apalah gunanya sebuah pondasi
yang kokoh, besar dan tegap bila ternyata tak ada bangunan yang menancap di
atasnya, atau mungkin ada, namun hanya gubuk reot yang siap gugur jatuh
kebumi.Tidak perlu koar sana dan sini, karena semua tak akan wujud tanpa
pelaksanaan amaliyah kita.
Bangunan akan terlihat indah bila di
kelilingi bunga atau tanaman yang
menyejukkan mata, begipula kita, dasar dan rumah tasawwuf kita akan begitu
indah dan sejuk bila yang keluar dari diri kita
adalah sesuatu yang baik dan tidak merugikan orang lain, bila kita bisa , alangkah bahagia dan
senang orang – orang di sekeliling kita.
Namun, mengapa kadang kita masih di
cerca atau mungkin mencerca. Agar lepas
dari kedua hal tersebut, yang harus kita fahami bersama adalah, hubungan
yang mengikat antara Syari’at dan Hakikat, bila yang dalam diri kita adalah ke- Faham- an
tentu hal tersebut tidak perlu
terjadi.
Untuk mensinkronkan hal ini, cukuplah
kiranya dengan kata dan qoul Alim ;Al Haqiqah bila Syari’ah Zindiq wa al Syari’ah bila Haqiqoh
Mu’a tthil ,[ haqikat yang tak bersyariah akan membuat kita
zindik, Syari’ah yang tak berhaqikat akan mem buat kita kosong/hambar ].
Sebenarnya tidaklah sulit , bila dalam
melihat dan memandang kita menggunakan pandangan yang luas yang didasari ilmu, bukan pandangan
sempit dan picik yang dasarnya hanyalah sebuah nafsu ; Ingin.Sekarang,
terletak dimanakah kita?Apakah kita termasuk orang yang mencerca atau yang
tercerca atau mungkin keduanya, semua jawab kembali pada diri kita.
Inilah sebuah kenyataan, ketika ada yang
tak pas atau sesuai dengan kita, rasanya
ingin sekali kita segera menampik dan
membuangnya jauh-jauh. namun, sebelum kita menganggap salah atau benar tentang sesuatu, yang harus kita lakukan
adalah mengetahui tentang latar belakang , kandungan, inti sari dan akibat atau
efek yang ditimbulkan dari mempelajari/mendalami hal tsb.agar kita tidak
tergolong kritikus terkritik atau pemanah yang picik dan buta..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar