AHLIL FATHRAH & ORANG TUA RASULILLAH SAW.
Al Naaji atau al Syaqi?...
Wah...,
ini adalah pertanyaan yang suker dan gawat, neng sangat penting
untuk dimengerti serta dijawab dengan cepat, tepat dan argumentatif. Kenapa?..., karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang memberikan klaim serta rumusan yang menjerumuskan perihal status
orang tua Rasul saw., mereka menyatakan bahwa ayah dan ibunda beliau adalah minal
kaafirin dan berada di neraka, na’udzu billah.
Maka,
dalam kesempatan ini, akan penulis sampaikan al haq yang sesuai dengan manhaj;metodologi
ahli sunnah wal jama’ah secara singkat tapi gamblang.
A. Ahlil Fathrah, Siapa dan Bagaimana Setelah Mereka
Meninggal?...
Ahlil
fathrah adalah orang hidup di antara zaman para Rusul atau di zaman para Rusul
namun tidak diutus untuk kaum mereka (ahlil fathrah). Orang-orang seperti
mereka ini termasuk al naaji;selamat/beruntung sekalipun mereka adalah
penyembah berhala. Allah swt. berfirman
dan kami tidak akan meng'azab sebelum
kami mengutus seorang rasul.
Nah... dari sini
dapat kita ketahui bahwa kedua orang tua Rasul saw. adalah termasuk ahlil
fathrah dan orang yang beruntung (al naaji), karena keduanya tidak
menemui bi’tsaturrusul (teruteusnya para utusan), bahkan menurut
keterangan yang ada di kitab; al Qaul al Lathif, al Qaul al Fashl dan Tiijan
al Durari yang menyunting qaul milik imam al Suyuthi, dikatakan
bahwa kedua orang tua Rasulillah saw. itu suci dari najis syirik.
B. Dalil Bahwa Orang Tua Rasulillah saw. Tidak Termasuk Musyrikin
Dalil ini di angkat dari dua sisi;
1. Perlu dimengerti bahwa semua yang masuk dalam nasab ayah
dan ibu Rasul saw. tidak ada yang berstatus
kafir.
Dalam masalah ini, imam al Suyuthi mengambil dalil dari
hadits;
لم أزل أنقل من أصلاب الطاهرين إلى أرحام الطاهرات
Padahal Allah
swt berfirman;
28. Hai orang-orang
yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.
Jadi, tidak mungkin/muhal adanya bila sampek orang
tua Rasul saw. kafir.
Selain itu, dalam kitab al Qaul al Fashl dijelaskan
bahwa semisal ayat;
Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait[1217] dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.
Itu berfaedah dzon bahwa orang tua Rosul saw. suci dari najis kekufuran.
Sebagian ulama’ mengambil dalil tentang hal ini
dari ayat;
219. Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di
antara orang-orang yang sujud.
Dengan arti –sebagimana yang
disampaikan oleh al Hafidz Samsuddin al Dimasqi- Nur Muhammad saw. itu
berpindah dari orang-orang ahli sujud (tidak kafir).
2. Allah
menghidupkan orang tua Rasul saw. dan mengimankannya.
Hal
ini berpijak pada hadits yang diriwayatkan oleh imam al Khothib dan
al Suhaili dari ‘Aisah ra.;
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سأل ربه أن يحيي له أبويه فأحياهما فآمنا ثم
أماتهما
Dan
hadits semacam ini juga diriwayatkan oleh al Thabaroni.
ولوالديـه الرب قد أحياهما قد جاء
هذا فى الحديث وأيدا
قد آمــنا حقا به فاسـتوجبا كــــل
النجاة وبالجـنان تخلدا
C.
Bila benar orang tua Rasul tidak Musyrik, maka bagaimana
dengan hadits berikut;
إن أبي وأباك فى
النار : رواه مسلم
إنه استأذن ربه فى
أن يستغفر لأمه فلم يأذن له....
Begini mas... dua hadits di atas
dan hadits yang menjelaskan disiksanya ahlil fatrah adalah hadits ahad yang
tidak bisa dibenturkan dengan dalil qoth’i, lain dari pada itu masih
dimungkinkan untuk menyatukan hadits yang kayaknya terlihat kontras,
dengan mengarahkan;
·
Hadits; إن أبي وأباك فى النار
; نار التحسرkarena untuk melegakan hati orang
yang bertanya dan meredam emosinya/ yang dimaksud dengan
اب adalah عم seperti kebiasaan orang arab.
·
Adapun Hadits; إنه استأذن ربه فى أن يستغفر لأمه فلم يأذن له ; itu tidak 100 % pasti (qoth’i) menunjukkan bahwa istighfar
nabi saw. adalah permohonan ampun dari dosa syirik.
Nah...,
dari uraian di atas kiranya sangat gamblang dan jelas bahwa ayah dan ibunda
Rasul saw. adalah al naaji (orang yang beruntung), bukan al syaqi
(orang yang celaka) sebagaimana yang dituduhkan orang-orang bodoh yang tersesat
dan tak mengerti akan sejarah dan
dasar-dasar agama.
Sebagai
penutup dan bukti tentang pembahasan ini, akan kami publikasikan sebuah
atsar yang disampaikan oleh al Syaikh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul
Auliya’, yaitu; emosi yang sangat kholifah Umar bib Abdl Aziz sewaktu
beliau mendengar sekretaris berkata; كان أبو النبي
كافر
Tidak ada komentar:
Posting Komentar