#melayang {position:fixed;_position:absolute;bottom:30px; left:0px;clip:inherit;_top:expression(document.documentElement.scrollTop+document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth); }
Tampilkan postingan dengan label sain. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sain. Tampilkan semua postingan

Kamis, 30 Januari 2014

Syekh Abul Hasan Asy Syadziyliy

Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili

Sayyidina Syeikh Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Asy Syadzili Al Maghribi Al-Hasani Al Idrisi lahir di Ghamarah, desa dekat Sabtah, Maroko, Afrika Utara pada tahun 591 H / 1195 M. Sebutan Asy Syadzili itu sendiri, menurut sebagian ulama adalah daerah tempat dimana beliau banyak menimba ilmu saat mudanya.
Beliau secara nasab bersambung hingga Rasulullah SAW melalui puterinya Sayyidatuna Fatimah Az-Zahrah. Keistimewaan nasab ini tampak dalam budi pekerti beliau yang indah lagi terpuji dan mengagumkan banyak orang, sehingga mereka banyak mengambil pelajaran dan hikmah dari beliau.
Pada masa kecilnya, beliau sudah dibekali oleh orang tuanya dasar-dasar ajaran agama, kemudian berguru kepada ulama dan sufi besar pada masa itu, yakni Syeikh Abdul Salam bin Masyisyi. Dari gurunya ini pula, kemudian beliau dikirim kepada ulama besar yang tinggal di Syazilia, Tunisia.
Keberangkatan beliau ke Syazilia ini merupakan awal dari pengembaraan sufistiknya. Hingga setelah mendapatkan banyak ilmu dari gurunya di Syazilia, beliau ditugaskan gurunya untuk mengembangkan ilmunya di Iskandaria, Mesir.
Sebelum pindah untuk berguru ke Syazilia, nama Syekh Abul hasan Asy Syazili sudah demikian harumnya; karena itu berita kedatangan beliau telah mengundang perhatian masyarakat, sehingga mereka menantikan kedatangan beliau. Demi mendengar hal itu, maka dengan ditemani oleh Syekh Abu Muhammad Abdullah bin Salamah, beliau memilih jalur lain dab mengasingkan diri di Pegunungan Zagwan untuk bisa berhubungan secara sembunyi-sembunyi dengan gurunya di Syazilia.
Begitulah setelah lama berkhalwat di Zagwan; pada akhirnya beliau diperintahkan gurunya agar turun gunung dan berdakwah di masyarakat. Sudah barang tentu masyarakat yang ingin melihat dan berguru kepadanya datang berduyun-duyun, bahkan diantara mereka banyak para pejabat Negara yang hadir. Setelah itu beliau diutus gurunya ke Iskandaria. Dan rupanya kota ini menjadi akhir dari pengembaraan beliau, sebab disitu pula; setelah lama membimbing masyarakat, beliau akhirnya wafat dan dimakamkan disana.
Selama berada di Tunisia, beliau bersahabat dan banyak berdiskusi dengan para Ulama dan kaum Sufi besar disana. Di antara mereka terdapat :

• Syekh Abul Hasan Ali bin Makhluf As Syazili
• Abu Abdullah Al Shabuni
• Abu Muhammad Abdul Aziz Al-Paituni
• Abu Abdillah Al Binai Al Hayah
• Abu Abdillah Al-Jarihi

Sedangkan diantara murud-murid beliau di Tunisia, dimana sebagian mereka adalah para Ulama kenamaan’ yaitu :

• Izzudin bin Abdul Salam
• Taqiyudin bin Daqiqi’id
• Abul Adhim Al-Munziri
• Ibnu Shaleh
• Ibnu Hajib
• Jamaluddin Usfur
• Nabiuddin bin Auf
• Muhyiddin bin Suraqah
• Ibnu Yasin

Diantara kemuliaan beliau, sebagaimana kesaksian sahabat seperjalanannya, bahwa diutusnya Syekh Abul Hasan Ali As Syazili oleh gurunya agar berangkat menuju Iskandaria, karena di kota itu telah menunggu 40 Waliyullah untuk meneruskan pelajaran kepada beliau.

Dasar-dasar Pemikiran Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili
• Seseorang yang ingin mendalami ajaran tasawuf, maka terlebih dahulu harus mendalami dan memahami ajaran Syari’ah.
• Beliau mengajarkan ajaran Tasawuf kepada murid-muridnya dengan menggunakan 7 kitab; yaitu :

1. Khatam Al Auliyah karya Al Hakim At Tirmidzi ( menguraikan tentang masalah kewalian dan Kenabian )
2. Al Mawaqif wa Al Mukhatabah karya Syekh Muhammad bin Abdul Jabbar An Nifari ( menguraikan tentang kerinduan Tokoh sufi kepada Allah swt )
3. Qutub Qulub karya Abu Tholib Al Makki ( menguraikan pandangan tokoh sufi yang menjelaskan Syari’at dan hakikat bersatu )
4. Ihya Ulumuddin karya Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali ( Paduan antara Syari’at dan Tasawuf )
5. Al Syifa’ karya Qadhi Iyadh ( dipergunakan untuk mengambil sumber Syarah-syarah dengan melihat tasawuf dari sudut pandang Ahli Fiqih )
6. Ar Risalah Qusyairiyah karya Imam Qusyairi ( dipergunakan beliau untuk permulaan dalam pengajaran Tasawuf )
7. Ar Muhararul Wajiz dan Al Hikam karya Ibnu Aththa’illah ( melengkapi pengetahuan dalam pengajian )

Wafatnya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili

Beliau wafat pada tahun 656 H / 1258 M di Homaithira, Mesir. Hingga kini makamnya masih selalu diziarahi, baik oleh pengikut tarekat Syaziliyah atau bukan; yang menganggapnya sebagai waliyullah.
Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili

• Majmu’atul Ahzab ( Kumpulan Hizib-wirid )
• Mafakhirul ‘Aliyah
• Al Amin
• As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil
• Hizbus Syadzili ( partai terkenal di Afrika )

Pendapat Ulama tentang Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili

• Al-Manawi berkata : ketika ditanya orang siapa Syekh nya; Syekh Abu Hasan Ali menjawab : “Adapun pada masa lalu, Syekh Abdus Salam Masyisy, sekarang aku minum dari sepuluh lautan, lima diantaranya di langit dan lima di bumi.”
• Al-Mursi berkata : “Allah swt pernah membukakan tabir pemandanganku, maka Ku lihat Syekh Abu Madyan bergantung di tiang Arasy. Aku mengajukan pertanyaan :
”Berapa banyak ilmu anda?”
Dia menjawab :”71”
Aku bertanya lagi : “Apa Jabatanmu?”
Dia menjawab :”Khalifah keempat dan pemimpin 7 wali Abdal
Kutanya lagi :”Bagaimana pendapatmu tentang Abu Hasan
Asy-Syazili?”
Dia menjawab :”Dia lebih dari padaku dengan 40 Ulama, dia
Adalah samudera tidak bertepi.”
• Abu Abdullah As-Syatibi berkata : “ Aku setiap malam mengadakan hubungan dengan Syekh Abu Hasan beberap kali. Aku mohon berbagai hajat kepada Allah swt, dengan perantaraannya. Ternyata hajatku dikabulkan Allah swt. Pada suatu malam, aku bermimpi bertemu Rasulullah saw. Aku bertanya kepada beliau :

”Wahai Rasulullah saw, relakah rasul kepada Abu Hasan. Aku selalu bermohon kepada Allah swt dengan perantaraan beliau, ternyata doa’ ku makbul. Bagaimana pendapat Rasulullah tentang dirinya?

Beliau bersabda :

“Abu Hasan itu adalah putraku, secara rohaniah. Anak adalah bagian dari Ayah. Siapa yang berpegang kepada sebagian, berarti sesungguhnya berpegang pada semua. Apabila kamu meminta kepada Allah swt dengan perantaraan Syekh Abu Hasan, maka sesungguhnya kamu telah memohon kepada Allah swt dengan perantaraanku.”

Wasiat dan Nasihat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili

• Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qur’an dan Sunah. Katakana pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qur’an dan Sunah terlebih dahulu.

• Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syara’, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian.

• Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah.

• Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian.

• Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh.

• Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama

by :
Sadar Syahroni / Rooney El Battatiy

Sabtu, 25 Januari 2014

RANAH PEMIKIRAN ARISTOTELES TENTANG FILSAFAT

PEMIKIRAN ARISTOTELES TENTANG FILSAFAT
Pemikiran kefilsafatan memiliki cirri-ciri khas (karateristik) tertentu, sebagian besar filosof berbeda pendapat mengenai karateristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karateristik pemikiran kefilsafatan tersebut terdiri dari:
a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandang. Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam ini ingin mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan yang lainnya. Integralitas pemikiran kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral, seni dan pandangan hidup.
b. Mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-masalah keilmuan (science).
c. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan (obyek) yang baru pula. Keadaan ini senantiasa bertambah dan berkembang meskipun demikian bukan berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah selesai seperti ilmu-ilmu diluar filsafat.
Menurut Aristoteles filsafat ilmu adalah sebab dan asas segala benda. Oleh karena itu dia menamakan filsafat sebagai teologi. Filsafat sebagai refleksi dari pemikiran sistematis manusia atas realitas dan sekitarnya, tentunya tidak berdiri sendiri, tidak tumbuh diruang dan tempat yang kosong. Lingkungan keluarga, sosial alam dan potensi diri akan ikut mempengaruhi seseorang dalam melakukan refleksi filosofis. Oleh karenanya dalam sejarah pemikiran manusia terdapat tokoh pemikir ataupun filosof yang selalu saja muncul dari zaman ke zaman dengan tema yang berbeda-beda.
Aristoteles (381 SM-322 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
A. Pembagian filsafat menurut Aristoteles
1. Logika yaitu tentang bentuk susunan pikiran.
2. Filosofia teoritika yang diperinci atas
a. Fisika yaitu tentang dunia materiil (ilmu alam dan sebagainya)
b. Matematika yaitu tentang barang menurut kuantitasnya.
c. Metafisika yaitu tentang ada.
3. Filosofia praktika, tentang hidup kesusilaan (berbuat)
a. Etika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup perorangan.
b. Ekonomi yaitu tentang kesusilaan dalam kekeluargaan.
c. Politika yaitu tentang kesusilaan dalam hidup kenegaraan.
4. Filosofia poetika/aktiva (pencipta)
Fisafat kesenian.

Pembagian ini meliputi seluruh ilmu pengetahuan waktu itu, jadi apa yang sekarang dipandang termasuk ilmu pengetahuan, dimasukkan didalamnya (khususnya bagian fisika). Sekarang dengan tugas dibedakan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Maka pembagian filsafat seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles telah ketinggalan, jadi harus disesuaikan dengan perkembangan modern.
B. Warisan
Karya Aristoteles amat banyak dan terwariskan kepada kita. Ia bukan saja ahli filsafat, akan tetapi ahli semua ilmu yang terkenal pada waktu itu. Biasanya karya Aristoteles dibagi atas empat golongan:
1. Logika : biasanya disebut organon (alat) membentangkan tentang pengertian, putusan, syllogismus, bukti dan lain-lainnya.
2. Fisika : tentang alam, langit, bintang, hewan, jiwa dan lain-lainnya.
3. Metafisika : buku-buku yang terutama tentang filsafat.
4. Pengetahuan praktis : Ethica Eudemia, Ethica Nichomachea, kedua-keduanya tentang tingkah laku, Republica Atheniensium (tatanegara Atena), Rhetorica (tentang berceramah dan berpidato) dan Poetica.
C. Logika
Biji ajaran Aristoteles tentang logika berdasarkan ajaran tentang jalan pikiran (ratiocinium) dan bukti. Jalan pikiran itu baginya berupa syllogismus, yaitu putusan dua yang tersusun demikian rupa sehingga melahirkan putusan yang ketiga.
D. Ontologia
Ajaran Aristoteles tentang fisika dan metafisika umum (ontologia) tidak selalu dapat dibeda-bedakan atau dipisah-pisahkan. Yang penting bagi kita ialah metafisikanya. Menurutnya yang sungguh-sungguh ada itu bukanlah yang umum, melainkan yang khusus, satu per satu.
E. Hule dan Morfe
Unsur yang menjadi dasar permacam-macaman ini disebut oleh Aristoteles hule, adapun unsur kesatuan itu sebutnya morfe. Tiap-tiap benda yang konkrit terdiri dari hule dan morfe, karena hulenya maka benda itu benda itulah (bukan benda yang lain), karena morfenya mempunyai inti dan dari itu termasuk pada suatu macam dan dapat ditangkap oleh budi. Jadi menurut saya hule dan morfe saling mengisi dan ada keterkaitannya. Hule dan morfe ini merupakan satu kesatuan dan tak dapat dipisahkan, tak ada hule tanpa morfe, begitu pula sebaliknya.
F. Aktus dan Potensia
Pontesia ialah dasar kemungkinan, sedangkan aktus ialah dasar kesungguhannya. Barang sesuatu mungkin karena potensinya. Ia sudah ada karena aktusnya. Dalam hal yang konkrit itu maka hule merupakan potensia sedangkan morfenya merupakan aktus.
G. Abstraksi
Idea tidaklah merupakan realitas tersendiri didunia sendiri, melainkan sifat-sifat yang sama terdapat pada hal-hal yang kongkrit. Oleh karena semua hal yang semacam itu memiliki sifat itu, maka umumlah, oleh karena semua hal yang semacam itu harus memiliki sifat itu, maka mutlaklah ia, tetap tak berubah.
H. Antropologi dan etika
Filsafat Aristoteles tentang manusia sebetulnya tidak begitu terang seperti ajarannya tentang hal-hal diatas. Baginya manusia itu hal yang istimewa ia membeda-bedakan ada menurut kesempurnaan masing-masing. Ada terdapat ada segitu saja seperti logam dan lain-lain, terdapat pula ada hidup vegetatif, seperti tumbuh-tumbuhan, terdapat pula yang kecuali ada dan hidup vegetatif masih berasa, jadi sensitif, seperti binatang. Manusia disamping kesempurnaan ada yang ketiga diatas itu masihlah pula berbudi. Manusia tidak hanya ada saja dan pula hidup vegeatif serta sensitif, melainkan juga rasionil. Baginya yang sensitif dan vegetatif itu kena rusak maka karena itu akan mati, adapun rasionil tidaklah kena mati, karena merupakan roh. Bagian yang roh dan bagian yang mendukung budinya ini akan terus ada, setelah manusia meninggal.
Menurut Aristoteles tujuan tertinggi yang dicapai ialah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan yang subjektif, tetapi suatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga segala sesuatu yang termasuk keadaan bahagia itu terdapat pada manusia. Tujuan yang dikejar adalah demi kepentingan diri sendiri, bukan demi kepentingan orang lain. Isi kebahagiaan tiap makhluk yang berbuat ialah, bahwa perbuatan sendiri bersifatnya khusus itu disempurnakan. Jadi kebahagiaan manusia terletak disini, bahwa aktifitas yang khas miliknya sebagai manusia itu disempurnakan. Padahal cirri khas manusia ialah bahwa ia adalah makhluk rasional. Jadi puncak perbuatan kesusilaan manusia terletak dalam perkiraan murni. Kebahagiaan manusia yang tertinggi, yang dikejar oleh tiap manusia ialah berpikir murni. Tetapi puncak itu hanya dicapai oleh para dewa, manusia hanya dapat mencoba mendekatinya dengan mengatur keinginannya.
Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu “berubah” (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda.
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.
Aristoteles menegaskan bahwa ada dua cara untuk mendapatkan kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode rasional-deduktif dan metode empiris-induktif. Dalam metode rasional-deduktif dari premis dua pernyataan yang benar, dibuat konklusi yang berupa pernyataan ketiga yang mengandung unsur-unsur dalam kedua premis itu. Inilah silogisme, yang merupakan fondasi penting dalam logika, yaitu cabang filsafat yang secara khusus menguji keabsahan cara berfikir. Logika dibentuk dari kata,, dan  berarti sesuatu yang diutarakan. Daripadanya logika berarti pertimbangan pikiran atau akal yang dinyatakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Dalam metode empiris-induktif pengamatan-pengamatan indrawi yang sifatnya partikular dipakai sebagai basis untuk berabstraksi menyusun pernyataan yang berlaku universal.
Aristoteles mengandalkan pengamatan inderawi sebagai basis untuk mencapai pengetahuan yang sempurna. Itu berbeda dari Plato. Berbeda dari Plato pula, Aristoteles menolak dualisme tentang manusia dan memilih “hylemorfisme”: apa saja yang dijumpai di dunia secara terpadu merupakan pengejawantahan material (“hyle”) sana-sini dari bentuk (“morphe”) yang sama. Bentuk memberi aktualitas atas materi (atau substansi) dalam individu yang bersangkutan. Materi (substansi) memberi kemungkinan (“dynamis”, Latin: “potentia”) untuk pengejawantahan (aktualitas) bentuk dalam setiap individu dengan cara berbeda-beda. Maka ada banyak individu yang berbeda-beda dalam jenis yang sama. Pertentangan Herakleitos dan Parmendides diatasi dengan menekankan kesatuan dasar antara kedua gejala yang “tetap” dan yang “berubah”.
Dalam konteks ini dapat dimengerti bila Aristoteles ada pada pandangan bahwa wanita adalah “pria yang belum lengkap”. Dalam reproduksi, wanita bersifat pasif dan reseptif, sedang pria aktif dan produktif. Semua sifat yang aktual ada pada anak potensial terkumpul lengkap dalam sperma pria. Wanita adalah “ladang”, yang menerima dan menumbuhkan benih, sementara pria adalah “yang menanam”. Dalam bahasa filsafat Aristoteles, pria menyediakan “bentuk”, sedang wanita menyumbangkan “substansi”.
Dalam makluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia), bentuk diberi nama “jiwa” (“psyche”, Latin: anima). Tetapi jiwa pada manusia memiliki sifat istimewa: berkat jiwanya, manusia dapat “mengamati” dunia secara inderawi, tetapi juga sanggup “mengerti” dunia dalam dirinya. Jiwa manusia dilengkapi dengan “nous” (Latin: “ratio” atau “intellectus”) yang membuat manusia mampu mengucapkan dan menerima “logoz”. Itu membuat manusia memiliki bahasa.
Pemikiran Aristoteles merupakan harta karun umat manusia yang berbudaya. Pengaruhnya terasa sampai kini, — itu berkat kekuatan sintesis dan konsistensi argumentasi filsafatinya, dan cara kerjanya yang berpangkal pada pengamatan dan pengumpulan data. Singkatnya, ia berhasil dengan gemilang menggabungkan (melakukan sintesis) metode empiris-induktif dan rasional-deduktif tersebut diatas.
Aristoteles adalah guru Iskandar Agung, raja yang berhasil membangun kekaisaran dalam wilayah yang sangat besar dari Yunani-Mesir sampai ke India-Himalaya. Dengan itu, Helenisme (Hellas = Yunani) menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan pemikiran filsafati dan kebudayaan di wilayah Timur Tengah juga.
Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon (“alat”) untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika. Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing.  








by : 
sadar syahroni

Kamis, 11 Juli 2013

sambutlah tongkat kehidupanmu yang dapat mnghantarkanmu dari ketidak nyamanan sesat menuju kecerahan arah tujuan yang benar.......

by: sadar syahroni

Rabu, 06 Februari 2013

HIKMAH.........

من علامة الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الزلل
" SEBAGIAN DARI TANDA ORANG YANG MEMPERCAYAI ( MENGANDALKAN, MEMBANGGAKAN ) ) AMALNYA IALAH BERKURANGNYA HARAPAN KEPADA ALLAH KETIKA TERJADI KESALAHAN KEPADA ALLAH."
ORANG YANG 'ARIF IALAH ORANG YANG SELALU BERPEGANG TEGUH DENGAN MEMPERCAYAKAN DIRINYA KEPADA ALLAH DENGAN TIDAK MAU MENGANDALKAN AMAL PERBUATANYA, SEPERTI DZIKIR, ZAKAT, SHALAT, HAJJI, SHADAQAH DAN SEBAGAINYA YANG SECARA KASAT MATA BERNILAI IBADAH....
BEGITU JUGA SEBALIKNYA, ORANG BODOH, IALAH ORANG YANG SELALU BERBANGGA DIRI DENGAN AMAL PERBUATANYA TANPA MEMANDANG SIAPA YANG DITUJU DALAM IBADAH ITU...
KARNA ORANG BODOH CINTA AKAN BUNGKUS BUKAN SUBTANSI, JIKA ORANG ARIF, MEREKA MENDAHULUKAN SUBTANSI DARI PADA BUNGKUS WALAU TAK MENDAPATKAN IMBALAN APA-APA SEMISAL SURGA, PAHALA

Selasa, 29 Januari 2013

MUKHASABAH

TERTIPU PERASAAN TAWAADLU' 
Banyak sekali dari kalangan 'awam yang mencoba melakukan hal apa yang disebut andap ashor ( jawa ) yang sebenarnya orang tersebut tidak mengetahui apa itu andap ashor yang lebih dikenal dengan Tawaadlu' ( merasa dirinya rendah di sisi mahluk lain, terlebih kepada allah SWT. ).
yang mana dalam peraktek keseharianya mereka cenderung berlaku sopan dalam penampilan lahiriyyahnya akan tetapi tidak dengan hati yang terseok-seok oleh perasaan yang menyatakan dalam bahasanya " aku ini sudah bertawadlu'" akan tetapi ini sulit di ingkari karna memng tabiat nafsu yang tak mau mengakuinya, sebab halusnya perasaan itu hingga tanpa terasa kita terbawa oleh bahasa lahir yang seakan bisa dinyatakan sebagai orang yang sangat bertawaadlu' bila dipandang oleh orang lain.
padahal tempat tawaadlu' hanyalah di lubuk hati yang paling dalam yang dikenal dengan bahasa sufinya sebagai  سويداءالقلب  , yang mana secara realitas Tawaadlu' hanya bertempat dihati  yang diharapkan semoga dapat menjadi Akhlak yang mulia sehingga dapat keluar menjadi satu perilaku perbuatan yang baik yang kita kenal dengan sebutan Adab hingga dapat diselaraskan dan sesuai denga kata bijak jawa "kulinakno lakumu podo karo atimu" yang artinya " biasakanlah perbuatanmu sama dengan apa kata hatimu" yang tentunya hati yang terselimuti oleh ahlak yang mulia dan hati yang bening sebening air hujan.
sehingga Syeh Ibnu 'Athoillah As-Sakandary berpesan dalam untaian mutiara hikmahya yang indan nan agung.:

من اثبت لنفسه تواضغا فهو المتكبر حقا اد ليس التواضع الا عن رفعة فمتي اثبت لنفسك رفعة فانت المتكبرحقا
 " barang siapa yang merasa dirinya Tawaadlu', maka sungguh sebenarnya dia telah Takabbur, sebab tiadalah ia merasa Tawaadlu' kalau bukan sifat merasa tinggi diri, maka kapan saja engkau merasa tinggi diri, maka engkau benar-benar orang yang memiliki sifat Takabbur."

"subhaanallah........."
begitu halus syaitan menggoda kita hingga kita pun tidak mengetahui diri kita sebenarnya......
karena orang yang merasa Tawaadlu' berarti ia telah mengejar target derajat tinggi diri.
yang mana derajat tinggi tersebut adalah mahluk yang sama-sama ciptaan Allah SWT. semisal minta Ma'rifat, minta Mukaasyafah, dll
sebagaimana tercantum dalam sepenggal dari untaian mutiara hikmah Syeh Ibnu 'Athoillah As-Asakandary :
وطلبك من غيرهاوجود بغد ك عنه

" permohonan seseorang selain kepada Allah, menunjukkan bahwa ia telah jauh dari Allah ( bahkan tidak mengenal Allah SWT ).
  
hal ini telah lama bersarang dihati kita sebagai wabah yang menyenangkan ketika terjangkit yang tanpa terasa malah menjauhkan kita dari Rahmat Allah SWT.
betapa tidak, kita yang disebut-sebut sebagai mahluk sosial sering terjebak dalam keadaan seperti ini.
sehingga dalam perilaku keseharin kita sering melakukanya, semisal kita sering mengajukan satu permohonan kepada sesama kita ataupun selain allah tanpa di ikuti permohonan kita kepada alloh dalam arti lupa memohon kepada Allah SWT.
"Masyaa Allah...." 
sekian dulu ya sobat...?!
wassalam....https://twitter.com/PetaAgung

by : Rooney El-Bettety  

HIKMAH

CARA MELIHAT KEDUDUKAN DISISI ALLAH

 para ulama' sufi sangat erat dengan gaya intropeksi diri yang membentuk karakter sebagai kekasih Allah SWT, salah satunya Syeh Ibnu 'Athoillah As-Sakandary yang tercatat rapi dalam untaian mutiara hikmahnya yang termaktub dalam kitab Al-khikam :
إن أردت أن تعرف قدرك عنده فأنظر فيماذا يقيمك

"Apabila engkau ingin mengetahui bagaimana kedudukanmu disisi Allah SWT. maka perhatikanlah di mana Allah menempatkan dirimu "
catatan ini senada dengan sabda nabi SAW. yang artinya :
" Apabila engkau hendak mengetahui Manzilah ( posisi, kedudukan ), maka perhatikanlah bagaimana Manzilah Allah di hatimu. sungguh Allah 'Azza Wa jalla menempatkan seorang hamba di sisiNya, apabila si hamba mendudukkan Allah dalam dirinya."
 "Apakah yang dimaksud Manzilah ?'
 " yang di maksud Manzilah ialah hamba Allah yang dalam ibadahnya teguh dan tetap mengingat Allah dalam setiap perbuatanya "

Senin, 28 Januari 2013

hikmah dzikir

pesan Syeh Ibnu 'Athoillah As-Sakandariy dalam untaian mutiara hikmahnya kitab  Syarah Al-Khikam Juz 1 Hal- 40 yang di Syarahi oleh Syeh Muhammad Bin Ibrohim yang dikenal dengan julukan Ibnu 'Ibad Ar-Rindiy yang di jelaskan juga pada pinggir ( Hamish )nya yang dijelaskan oleh Syeh 'Abdullah Asy-Syarqowiy: 
 لاتترك الذكر لعدم حضورك مع الله فيه لان غفلتك عن وجودذكره اشد من غفلتك في وجودذكره فعسى ان يرفعك من ذكرمع وجود غفلة الى ذكرمع وجود يقظة ومن ذكرمع وجود يقظة الى ذكرمع وجود حضور ومن ذكر مع وجود حضورالى ذكرمع وجودغيبة عما سوى المذكور وما ذلك على الله بعزيز
janganlah engkau meninggalkan dzikir , karna hatimu tidak akan bisa hadir bersamaan dengan allah SWT, oleh karna sesungguhnya lalaimu dari adanya dzikir kepada Allah SWT ( meninggalkan dzikir ) lebih berbahaya dari pada lalaimu dengan masih tertinggal dzikir di hati, siapa tau barangkali allah SWT akan mengangkat derajatmu dari derajat dzikir yang disertai adanya kelalaian naik pada derajat dzikir yang disertai dengan sadar dari kelalaian, dan dari dzikir yang disertai sadar naik pada derajat dzikir yang disertai dengan adanya hadir kepada Allah SWT. dan dari derajat dzikir yang disertai hadir naik pada derajat dzikir yang masuk pada ghaibah ( ada yang menyatakan kegaiban ) tidaklah ada kesukaran bagi Allah tentang hal-hal seperti itu

dari ulasan di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa kewajiban hamba kepada tuhanya untuk selalu mengingatnya dalam bentuk wujudnya dzikir, sebagaimana tuntunan dalam Al-Qur'an dan juga dinyatakan dalam kitab Iqoodzul himam juz 1 hal-61.Syarah Al-khikam, sebagai lebih utama-utamanya amal karna termasuk rukun yang kuat bagi kaum untuk menapaki jalan menuju allah.
dan ini juga dijelaskan oleh imam Ibnu 'Abbas RA :

 قال ابن عباس رضي الله عنهما كل عبادة فرضها الله تعالى جعل لها وقتاً مخصوصاً وعذر العباد في غير أوقاتها إلا الذكر لم يجعل الله له وقتاً مخصوصاً قال تعالى " أذكروا الله ذكراً كثيراً " وقال تعالى " فإذا قضيتم الصلاة فإذكروا الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبكم

 beliau ( Imam Ibnu 'Abbas RA ) menyatakan secara singkat, bahwa Allah SWT telah menetapkan waktu khusus pada semua ibadah, sedangkan udzurnya hamba pada selain waktunya kecuali dzikir itu pun Allah tidak menentukan waktu yang khusus, sebagaimana firman-Nya.
dengan satu kesimpulan bahwa, allah telah menentukan waktu khusus pada semua ibadah kecuali dzikir.
dan mlihat pernyataan Syeh Ibnu 'Athoillah As-Sakandary diatas kita bisa tarik benang merah bahwa bahwa dzikir terbagi menjadi 3 :
  1.  dzikir dengan lisan tanpa diiringi oleh hati
  2. dzikir dihati tanpa di ikuti oleh lisan
  3. dzikir dilisan hati
 dan ini juga di jelaskan dalam pengajian dengan bahasa jawa oleh salah satu ulama' dari tanah jawa Asy-Syeh Zaid Abdul Hamid ( pengasuh pesantren Mahir Arriyadl ringinagung pare kediri jawa timur ) dan belia juga termasuk ulama ahli hakikat, karna beliau juga termasuk wakil sebagai sambung tanganya Syeh Abdul jalil Mustaqim ( Mursyid Thoriqoh Syadziliyyah serta pengasuh pondok PETA kauman Tulungagung jawa timur ) bahwa :
dzikir ada 3 :
  1. dzikir asmo tanpo roso ( dzikir asma' dengan hanya dilafalkan sebagaimana diatas )
  2. dzikir roso tanpo asmo ( dzikir rasa yang hanya bertempat dihati sebagaimana diatas )
  3. dzikir asmo lan roso ( dzikir asma' dengan disertai dzikir rasa / ruh sebagaimana diatas )
 semoga kita dapat termasuk dari kreteria di atas walau hanya yang poin nomor 1....
sekian dulu ya...?!






 "

Selasa, 22 Januari 2013

management surga

berjalan ku mengarungi samudra keindahan,
merajut satu asa tertumpu pada sosok surgawi penghuni dunia pancarnya.
ijab kabul adalah satu rentetan proses pinangan seorang jejaka.
berjalan kekamar membentuk proses keindahan idaman para surgawan.
secawan air kenikmatan tumpah dalam lumbung pembentukan generasi bangsa.
membentuk cinta dirajut sayang.
akal nafsu duniawi terbakar lumpuh oleh hati surgawi penuh kasih.
kedewasaan merintis budi yang kian hari silih berganti dengan badai balak uji.
ilmu yang melaut merendam gelora nafsu insani.
mengalahkan kekuatan syaitan perayu nafsu.
insan bahagia oleh karena sayangnya pada kekasih, serta cintanya kepada ilahi.
karna ilmu mampu mengalahkan nafsu yang enggan tertunduk malu.
barjalan sabar tanpa batas.
karna surga tak berbatas.

Jumat, 18 Januari 2013

cinta ataukah cita

dalam sepak terjang yang menjadi penawaran pribadi tuk meraih suatu tujuan, manusia hanya mampu mengandalkan redaksi akal yang sebenarya tak mampu menolak keterbasan untuk membatasi beberapa virus yang masuk dalam ranah cuci otak,yang sebenarnya virus itu adalah satu wabah yang mengandung sekian banyak bakteri  yang membentuk partikel beracun yang mampu memalingkanya dari sang tuhan maha pengampun.
maka dari sini dibutuhkanlah sarana sebagai media penghantar tuk menggapai kesuksesan akan kesucian yang hakiki.
yaitu media thariqat yang benar, sehingga mampu mengistirahatkan akal fikiran serta menata media hati.
karna akal adalah tempat muara nafsu akan tatapi dapat melahirkan beberapa ide jenius termasuk syari"at islam, sedangkan hati adalah wadah yang mampu menerima ilham bagi para uliya dan mu"jizat bagi para nabi, sehingga berjalanlah seiring seirama wahai akal dan hati yang bertuan.....!!!!


rooney el-battaty